Preferensi Musik dan Traits Kepribadian Seseorang: Apa Hubungannya?

TIGA SKS
5 min readMar 25, 2021

--

Sudah sejak dulu rasanya musik menjadi sesuatu yang sangat diikuti oleh mayoritas orang. Apalagi semenjak booming nya Spotify, sebuah layanan streaming musik digital, podcast, dan video yang memberi penggunanya akses ke jutaan lagu dan konten lain dari artis di seluruh dunia. Pengguna menjadi jauh lebih mudah untuk meng — explore musik bahkan dengan hanya melihat sebuah rekomendasi serta playlist yang disodorkan oleh Spotify — dan yang telah dikurasi tentunya — atau dari playlist sesama para pengguna.

Tidak hanya berkenalan dengan cara mengetuk tombol follow di aplikasi Instagram dan Twitter, mem — follow seseorang di Spotify agaknya menjadi salah satu hal yang sekarang lumrah terjadi. Tak sedikit yang menyematkan tautan akun Spotify mereka di akun Instagram mereka. Malah, kadang playlist menjadi hal yang penting untuk melihat lebih jauh perihal kepribadian seseorang. Ya, katanya sih. Beberapa orang menganggap penting untuk mengetahui musik apa yang orang lain dengarkan untuk membangun sebuah obrolan, ataupun mengetahui pribadi — bahkan kecocokan — individu satu ke individu lain. Kok bisa?

Menurut Djohan di bukunya, Psikologi Musik, musik merupakan produk pikiran, maka dari itu elemen vibrasi dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diintepretasikan melalui otak menjadi pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat-lambat) (Djohan, 2009). Musik memengaruhi dimensi efek, kognisi, dan perilaku kita. Musik dapat membuat kita merasa senang, dan sedih bahkan marah. Jika menggunakan positron emission tomography (PET) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan dopamine ketika mendengarkan musik yang nyaman bagi partisipan dibandingkan musik yang netral. Dopamine adalah neurotransmitter yang dapat menimbulkan perasaan senang. Musik mengaktifkan sistem reward yang sama dengan yang terlibat dalam makan dan seks. Manusia memproses, mengalami, dan merespon musik secara kompleks yang membutuhkan integrasi sensorik, motorik, atensi, emosi dan proses memori. Setelah rangkaian proses yang terjadi dalam otak ketika terangsang oleh musik, musik kemudian memengaruhi bagaimana kita merasa, berpikir, dan berperilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan kecemasan, stress, dan depresi.

Musik dan Pengaruhnya dalam Emosi Seseorang

Penelitian Maratos et al di tahun 2008, menunjukkan bahwa terapi musik efektif dalam meningkatkan kualitas hidup. Penelitian lain yang dilakukan oleh Labbé et al di tahun 2007, menjelaskan bahwa mendengarkan musik klasik setelah terpapar stressor, secara signifikan menurunkan efek negatif dan arousal. Mendengarkan musik dianggap sebagai salah satu cara untuk meregulasi efek yang efektif dan mengurangi tekanan psikologis serta merubah level energi seseorang. Ketika seseorang sedih, mereka akan memilih mendengarkan musik bertempo cepat dengan kunci nada mayor dan terbukti meningkatkan mood mereka. Tak hanya dengan mendengarkan musik bertempo cepat (yang menunjukkan kebahagiaan) saja yang mampu untuk meningkatkan mood, sebagian individu juga lebih memilih musik sedih untuk meningkatkan mood mereka.

Melalui musik kita bisa merasa senang, sedih, merasa termotivasi, dan juga tenang. Hal tersebut berkaitan dengan cara kita mempersepsikan musik dan bagaimana kondisi kita saat mendengarkannya.

Preferensi Musik dan Pribadi Seseorang

Seperti yang telah di awal disampaikan, bahwa sekarang tidak sedikit yang saling follow lewat Spotify hingga playlist menjadi salah satu hal yang bisa dilihat untuk menilai pribadi seseorang. Dilansir dari Rentfrow dan Gosling dalam jurnal mereka, The do re mi’s of everyday life, preferensi musik seseorang dapat ditujukan pada lagu tertentu. Penelitian tentang preferensi musik sudah sejak lama dilakukan. Orang yang pertama kali mengajukan teori tentang kontribusi musik dan hubunganya dengan kepribadian adalah Cattell. Menurut Cattell, pilihan pada suatu jenis musik dapat mengungkapkan informasi penting dalam alam bawah sadar kepribadian seseorang. Hubungan antara musik dan kepribadian sangat kompleks, sebab dalam satu waktu yang bersamaan setiap individu mempunyai kaspasitas maupun kemampuan untuk menyukai berbagai jenis musik yang berbeda. Rentfrow dan Gosling menilai setiap individu memiliki pilihan preferensi musik yang paling cocok dengan dirinya.

Preferensi individu dipengaruhi oleh traits kepribadian seseorang. Traits digambarkan sebagai suatu karakteristik pribadi yang stabil dan berasal dari dalam diri sendiri, dan pada akhirnya akan membentuk sebuah struktur kepribadian seseorang. Dari sini ditarik kesimpulan bahwa preferensi orang dipengaruhi oleh sekumpulan traits tertentu, dapat dikatakan bahwa preferensi secara umum dipengaruhi oleh kepribadian tertentu.

Sebelum lebih jauh lagi, alangkah baiknya kami jabarkan soal Five Factor Models yang nanti akan dibahas untuk menyambungkan keterkaitan preferensi musik menggunakan 4 dimensi jenis musik: reflective & complex, intense & rebellious, upbeat & conventional, serta energetic & rhythmic.

1.Openness to Experience (Terbuka terhadap hal — hal baru)

Dimensi kepribadian ini biasanya memiliki dimensi cenderung lebih kreatif, imajinatif, intelektual, penasaran dan berpikiran luas.

2. Conscientiousness (Berhati — hati)

Individu dengan kepribadian ini cenderung lebih berhati — hati dalam melakukan suatu Tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan. Dimensi kepribadian ini biasanya dapat diandalkan, bertanggung jawab, tekun, dan berorientasi pada pencapaian.

3. Extraversion (Ekstraversi)

Biasanya individu dengan kepribadian ini senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok, dan tegah.

4. Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Sepakat)

Individu dengan dimensi ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan lebih suka menghindari konflik. Biasanya individu ini kooperatif, penuh kepercayaan, hangat, dan berhati lembut.

5. Neuroticism (Neurotisme)

Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress. Individu dengan tingkat neuroticism tinggi memiliki kecenderungan untuk mudah cemas, gugup, mudah tersinggung, suasana hati mudah berubah, merasa tidak mampu, dan impulsif sedangkan individu dengan tingkat neuroticism rendah cenderung memiliki emosi yang stabil, tenang, santai, merasa aman, puas terhadap dirinya, dan dapat menghadapi stress dengan baik.

Rentflow dan Gosling menemukan bahwa seorang individu yang mempunyai skor tinggi pada dimensi reflective dan complex yang menyukai musik jenis musik blues, folk dan jazz di mana jenis musik ini memiliki komposisi musik yang rumit dan kompleks, dan membutuhkan pengetahuan untuk dapat memainkannya. Sama dengan deskripsi domain kepribadian openness.

Individu yang berada dalam dimensi extraversion akan menyukai jenis musik funk, electronica, dan hip — hop. Jenis musik ini berada pada dimensi energetic dan rhythmic. Individu menganggap jenis musik ini dapat mempresentasikan sifat nya yang mudah beradaptasi, bersosialisasi, aktif, dan mempunyai kepercayaan diri.

Neuroticism, dengan deskripsi traits seperti anxiety, angry hostility, serta lebih impulsive akan cenderung memilih jenis musik yang dapat membantu mengatasi kecemasan. Ia menyalurkan hasrat yang dimiliki dengan jenis musik alternative, heavy metal, dan rock yang menganut dimensi intense dan rebellious.

Individu dalam domain Aggreeableness berasa pada dimensi upbeat dan conventional yang cenderung menyukai jenis musik country, religious dan pop sesuai kepribadiannya yang memiliki sifat rendah hati, percaya pada sesama, dan altruisme.

Domain kepribadian conscientiousness juga mempunya hubungan dengan dimensi upbeat dan conventional karena mempunyai kesamaan dengan dimensi ini. Mereka memiliki kesamaan dimana pada dimensi ini jenis musik yang ada, bertema kehidupan tanpa keluar dari nilai — nilai masyarakat, dengan deskripsi domain yang selalu berusaha untuk mengejar target dalam hidup dengan bekerja keras dan berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu.

Kebiasaan mendengarkan musik dipengaruhi oleh gaya hidup, yang merupakan bagian dari identitas sosial. Dengan demikian, pemilihan jenis musik juga dapat dipengaruh oleh faktor identitas sosial. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis musik adalah intelegensi, emosi, pembiasaan, kondisi geografis, dan lingkungan sosial budaya. Tak heran kalau juga banyak yang dengan sengaja menyebarkan musik apa yang seseorang dengan ke Instagram story atau menaruh tautan playlist maupun akun Spotify di akun Instagram, Twitter, dan berbagai media sosial lainnya. Karena secara tidak sengaja, hal tersebut bisa menjadi simbol identitas sosial, ataupun emosi seseorang.

Sumber:

Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher.

Gosling, S. D., & Rentfrow, P.J. 2007 “The Do re mi’s of everyday life: The structure and personality correlates of music preference” Journal of Personality and Social Psychology. 84 (6), 1236–1256

Gosling, S. D., Levitin, D.J., & Rentfrow, P.J. 2011 “The structure of musical preferences: A five — factor model” Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 100 №6, 1139–1157.

Hutapea, B. 2011. Yang Muda, Yang Berdendang: Traits Kepribadian dan Preferensi Musik pada Anak Muda Perkotaan: Suatu Studi Replikasi pada Mahasiswa di Jakarta. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil), 4, 136–142.

Rachmawati, Y. 2005 Musik sebagai bentuk budi pekerti. Yogyakarta: Panduan.

Sainspop.com — https://sainspop.com/blog/2018/10/28/empat-tipe-kepribadian-kamu-yang-mana/

--

--

TIGA SKS
TIGA SKS

Written by TIGA SKS

Sarana Konten Suka — Suka.

No responses yet