Mengenal The Other Race Effect dan Wajar Tidaknya Hal Tersebut.
Pernah nggak sih kalian liat suatu ras dan berpikir bahwa rupa mereka semua mirip dan kalian susah membedakan? Nggak jarang, apalagi para penonton Drama Korea dan penggemar K — Pop, dengar kalimat seperti, “Mukanya sama semua” dari mulut orang yang bukan penonton ataupun penggemar hal — hal berbau Korea. Hal ini, disebut the other — race effect atau the cross — race effect.
The other — race effect adalah fenomena dimana seseorang memiliki tendensi melihat kelompok ras yang asing bagi kita. Seolah — olah muka mereka “sama semua” atau mirip. Sebenarnya, hal ini wajar. Jika di antara kalian ada yang pernah menonton Negeri Van Oranje, bule yang tinggal di sebelah Lintang — diperankan oleh Tatjana Saphira — bahkan tidak dapat membedakan Lintang dengan teman — temannya. Ya. Itu yang dinamakan the other — race effect.
Sebenarnya, hal ini lumrah karena kita hidup sehari — hari berdampingan. Menurut Professor Lawrence White dari Beloit College, psikolog kognitif telah menunjukkan fakta bahwa wajah tidak pernah ada yang benar — benar sama. Tiap individu memiliki ciri khusus seperti lebar wajah, panjang wajah, ukuran hidung, bentuk mata, dan lain sebagainya. Begitupun mereka dengan sesamanya. Orang asing pun menganggap bahwa muka kita, orang Indonesia, mirip dan susah dibedakan.
Namun, tidak jarang menjadi ungkapan yang terdengar rasis dan merendahkan. Pemikiran — pemikiran seperti itu malah menjadi memuakkan untuk sebagian orang. Studi telah menemukan bahwa sikap tersebut tidak dapat dikatakan rasis dalam membedakan lintas ras.
Terus, gimana cara meminimalisir fenomena ini? Jika seorang bayi, secara teratur, melihat dan berinteraksi dengan orang dari ras lain sebelum usia 9 bulan, fenomena ini tidak akan muncul. Namun, hal tersebut juga dikatakan sukar dilakukan maka hal yang mungkin dilaksanakan adalah mempelajari hingga detail — detail kecil kelompok ras yang baru atau asing bagi kita.
Untuk ungkapan yang sering dianggap mencela suatu ras, kita juga dapat mempelajari dan membiasakan untuk mengurangi perkataan yang terkesan kurang enak didengar. Yuk, sama — sama kita jaga perasaan biar tercipta perdamaian sesama!